Malam minggu selalu menjadi sebuah cerita menarik buat gue, malam minggu juga selalu menjadi hari yang ditunggu oleh semua karyawan, pekerja seni, pns, dan yang paling penting, malam minggu juga menjadi malam yang selalu ditunggu oleh penjual cilor (cilok telor) menjajakan jajanannya di pinggir jalan.
“Nanti
makan di jebing ya”
“Ada
tempenya?”
“Ada”
Sebagai
salah satu karyawan di Bank BUMN gue emang berpenampilan necis, dengan tampilan
rambut yang serba kelimis, namun satu hal yang gak pernah bis ague tinggalin.
Lidah gue masih lidah ‘ndeso’ dimana satu-satunya makanan yang bisa masuk ke
dalam lambung gue Cuma tempe.
Soal
makanan, gue udah pernah nyoba makan makanan kota, mencoba untuk menjadi anak
anak gaul dengan menyantap makanan fastfood, sebut saja namanya pizza. Makanan khas
dari negeri italia ini emang menjadi slaah satu makanan kota yang menururt
orang-orang makanan ini enak. Dan gue pernah mencoba untuuk makan pizza, hasilnya,
gue diare 2 hari 2 malam. (untung diapet gue banyak).
“Kamu
pesen apa, ini menunya ngambil disini”
“Tempe
goreng sama nasi panas aja udah”
“Astaga,
menu lain coba, masa makan itu, selain tempe po o”
“yaudah
ini aja….”
“lahhh,
ini kan mendoan gemolllll”
Gue tetep gak bisa jauh sama tempe. Gue jatuh cinta sama
tempe.
Malam minggu kali ini emang berjalan sesuai rencana, semua
tenang tanpa ada perdebatan yang kerap kali muncul. Makananan datang dengan
aroma khasnya, langit malam yang begitu terang dengan nuanssa alunan music deny
caknan yang mengiringi.
Gaya pacaran
kita emang beda dengan yang lainnya. Gue tergolong manusia yang bodo amat soal romantic.
Lihat Romeo Juliet, mereka berkorban karena keromantisan yang tiada akhlak.
Dilkisahkan rome Juliet sama sama mengakhiri hidupnya bersama-sama, orang orang
nganggep ini romantic, padahal enggak. Sekarang bandingkan dengan raditya dika,
romantic? Enggak dia salah satu penulis, komika, yang konyol tanpa ada romantic-romantisnya.
Tapi alhasil hidup dia Bahagia.
Gue
lebih suka ngebuat pasanagn gue ketawa, itu juga kerap gue lakuin di keluarga
gue. Walaupun ujungnya gue kerap dianggap bodoh, tapi nggak papa, yang penting
semua orang dideket gue bisa ketawa.
Kembali di acara malam minggu gue. Setelah selesai makan
malam, akhirnya gue pulang. Di perjalanan doi bernyanyi, dengan lagu andalan
yang sering dia nyanyikan I can show you the world…. Ya, itu adalah soundtrack
dari lagu animasi frozen. Sebenarnya sura doi bagus, dengan syarat, dia latih vocal,
dia les nyanyi. Pita suara dibenerin, rajin konsumsi suplemen, dan rajin
ngebaca lirik. Hehehehe. Namun ada yang lebih mudah lagi, dia bisa aja diem. Hehehe.
Ditengah perjalanan kita berhenti di lampu merah. Dan ada
pengamen dengan rentang usia 15 tahun an menyanyi. Selama perjalanan hingga
lampu merah, doi masih aja nyanyi dnegan nada serta pengucapan lirik yang sama.
Pada akhirnya gue memberanikan diri untuk berkomentar.
“Eh,
kamu kalok hafalan quran qalqalahnya dibenerin ya.”
“Yaaaaaang,
aku ini nyanyiii ☹”
“hehe….”
“Iya…
iya suaraku gak bagus, kalok suaraku bagus aku jadi pengamen, bukan pegawai bank”
Gue shokkkk
“Apa yang??”
“Iya
kalok suaraku bagus mah, aku jadi pengamen huuu”
Entah dia yang terlalu sederhana, atau emang pandangan dia
yang terlalu sederhana. Gue termenung selama 1 menit memahami ucapan dia ‘kalpk
suaraku bagus, aku jadi pengamen’ untuk seseorang dengan prestasi juara osn bidang computer,
serta teller terbaik, cita-cita nya terlalu sedrhana, dan mungkin bisa dibilang
ini salah satu hal yang gak pernah gue duga.
Bahkan
seorang pengamen pun bercita-cita menjadi seorang penyanyi professional. Gelak
tawa gue gak bisa gue hindari, mungkin dari sejuta umat manusia yang ada di
muka bumi, hanya 0,1 % yang jika mempunyai suara bagus akan menjadi seorang
pengamen, dan itu adalah doi gue.
“Wkwkwk,
yang, mereka aja pengen jadi penyanyi pro”
“Yak
amu ejek ejek suaraku”
“Hiya hiya
ngeles, wkwk”
“udah
ahhhh”
Gue gak bisa berhenti nahan ketawa selama perjalanan pulang,
karena kepolosan serta jawaban yang bisa dibilang gak masuk akal dari doi. Gue
teringat penyanyi-penyamnyi dengan suara bagus, dan gue bertanya dalam hati :
Jangan-jangan
mereka semua ingin menjadi pengamen
Malam minggu gue kali ini mungkin masih terselamatkan.
Karena berakhir dengan canda dan tawa. Dari malam minggu kali ini, gue belajar
banyak tentang kehidupan. Tak perlu berubah menjadi apa dan siapa saat kamu
tengah berada di suatu tempat, setia juga harus menjadi passion. Sama kaya
lidah gue, dia gak pernah jadi lidah orang eropa, lidah gue juga selalu setia
dengan yang namanya tempe.
Gue
juga belajar, cita cita itu mungkin dimulai dari hal yang rendah dan nantinya akan
menjadi sebuah hal yang luar biasa. Sama kaya pelajaran yang diberi doi, mungkin
dia nganggep pengamen itu mempunyai kelebihan, suara mereka bagus. Dan karena
suara doi tidak bagus, doi jadi pengen kaya mereka. Disini gue belajar kalok
semua orang punya kelebihan masing-masing, semua orang pasti diidolakan, bahkan
seorang pegawai bank sekalipun bisa berandai-andai menjadi ‘pengamen’
Dari malam minggu kali ini, gue belajar, tak perlu jadi yang
cantik atau ganteng, cukup jadi yang istimewa dihadapan orang yang kita suka.
Comments
Post a Comment